Bersahut-sahut petir menyambar.
Menembus kepulan awan mendung.
Memamerkan silau sekejap mata.
Menggeledek hati suara-suara.
Tanaman-tanaman berseru riang:
“Ini pertanda hujan akan datang.”
Mengharap terhapus kemarau panjang.
Suara-suara gemuruh semakin bersahut menggetarkan jiwa.
Kilatan-kilatan terus mendera.
Mendung kian lama, kian memekatkan warna.
Semakin meyakinkan bumi bahwa hujan akan tiba.
Tanah-tanah retak membuka peluk menyambut mesra.
Tetesan gerimis mulai berjatuhan.
Satu demi satu.
Pohon-pohon, rumput-rumput, padi-padi, bersorak riang gembira:
“Berkah telah turun menghapus dahaga kita!”
Gelegar suara halilintar telah meyakinkan mereka.
Tak berapa lama, belum cukup menghapus dahaga.
Mendung tersibak diterpa angin.
Tetesan-tetesan gerimis terhenti.
Diiringi halilintar yang sudah tak membunyi.
Langit masih menunjukkan tipu dayanya.
Kepada bumi yang telah merana.
Seketika pohon-pohon memaki ke arah langit :
“Hey kau yang di atas sana! Berpuluh tahun kami menahan dahaga. Arak-arakan mendung datang, bersama halilintar yang lantang. Hanya menyuguhkan gemuruh harapan, serta mengakhirinya dengan kepalsuan!”
Kemudian langit pun marah.
Menyambarkan petir kepada pohon.
Seketika pohon tumbang.
Disusul gemuruh suara :
“Tak tahu diri! Kami sedang mengatur rencana.”
Lalu gemuruh itu menghilang.
Meninggalkan dahaga berkepanjangan.
Tegar P S Widodo
Kediri, 11 Januari 2016/04.10
No comments:
Post a Comment