Para komposer mempermainkan nada.
Mengatur komposisi sebuah konspirasi.
Pagelaran orkes lima tahun sekali.
Diatur dari hotel mewah, berteman cerutu dan wiski.
Notasi-notasi nada dicipta.
Melodis dan ritmis dirancang berirama mars.
Instrumen dan pemainnya disiapkan.
Menjelang datangnya pemilu.
Begitu pemilu tiba,
Orkes digelar di mana-mana.
Macam-macam aliran dimainkan.
Demi memperebutkan perhatian khalayak.
Lagu berisi lirik-lirik janji kesejahteraan.
Meyakinkan para pendengar yang mengharap kepastian.
Begitu orkes tuntas dilaksanakan.
Kenyataan lenyap bersama gelombang suara.
Hanyut dibawa badai nafsu angkara.
O, orkestra klasik lima tahunan.
Iramamu terdengar acak-acakan.
O, lagu-lagu perjuangan.
Kau tak lagi bisa mendamaikan.
Nada-nada diantonis miring.
Mayor membunyi mengalahkan minor.
Sudah tak selaras dalam harmoni.
Pentatonis menjadi slogan-slogan.
Mendustai indah kepercayaan hati.
Kromatis telah kehilangan makna.
Kruis menggaris dan mengiris-iris.
Mol menjelma bernama dur-ha-ka.
Orkestra ngak-ngek-ngok.
Gelaran rutin demokrasi.
Atas nama kuasa.
Kehilangan estetika.
Rakyat jelata.
Bosan mendengar.
Janji belaka.
Tegar P S Widodo
Kediri, 12 November 2015
No comments:
Post a Comment