Monday, December 3, 2018

HANTU-HANTU SENJA


Pagi menyapa dengan lembut.
Mendung berarak menutup terik.
Memberi redup lewat di angan.
Tepat disaat secangkir kopi ku taruh setelah ku cium bibir cangkirnya.
Tepat disaat kuambil selinting tembakau untuk ku hirup aromanya.
Sebuah sulap terjadi disaat kunyalakan api.
Seukuran api lilin dari korek gas.
Korek pun menjadi bioskop.
Angan ku masuk ke dalam api.
Melihat senja-senja yang pernah ku temui.
Ketika aku masih berenang di kubangan lumpur.
Sebuah senja yang tak pernah istirahat.
Sebuah senja yang tak mengenal pensiun.
Sebuah senja yang tak mengeringkan dahi dan ketiaknya.
Sebuah senja yang tak pernah menjadi jingga.
Bagaimana mungkin, aku berada di suatu pagi dan tiba-tiba teringat akan senja?
Senja-senja yang pernah ku kenal.
Dengan tawanya, dengan muramnya, dengan candanya.
Ah, ku rasa semua berisi kemuraman.
Seperti hantu senja itu datang menghampiri.
Memang hantu, menghantui pikiran ini.
Senja-senja tanpa kenikmatan.
Kupernah melihat kawan yang dulu seprofesi.
Sebagai penagih hutang, bekerja untuk rentenir.
Sudah senja dia datang melamar.
Kemudian senja pun berakhir.
Pekat malam menggiringnya menuju alam baka.
Dengan masih menyandang status sebagai pekerja.
Kuhampiri senja yang duduk termangu.
Setelah seharian penuh bertarung dengan peluh.
Menggendong rinjing berisi kerupuk dan pisang.
Membolak-balikkan kantong selendang berisi recehan.
Untuk kemudian dibagi, dibayarkan.
Pada para penagih yang tak kenal senyum.
Senja itu duduk termangu, berpandang nanar menatap kedatangan para penagih.
Terkadang harus menghadapinya dengan isakan.
Tanpa ujung, hanya maut.
Senja itu dihisap, dari recehan-recehannya.
Menjadi pagi bagi para rentenir serakah.
Terus-menerus hingga tak mengenali indahnya jingga.
Senja tak bermega, senja tanpa sapa surya yang terbenam dengan ramah.
Senja itu datang menghantuiku.
Senja-senja yang ku kenal dulu.
Senja milik bangsaku.
Senja di dalam negeri yang katanya merdeka.
Senja yang seharusnya jingga.
Senja kelabu mendatangi pikiranku pagi ini.
Masihkah senja itu kelabu.
Ku sudah lama melepas pekerjaan sebagai penagih hutang.
Sehingga lama pula tak kujumpai senja itu.
Yang kini datang sebagai hantu.
Sebuah pertanyaan yang harus dijawab.
Bagi kita yang katanya sudah merdeka.
Tegar P S Widodo
Kediri, 03022018/09:02

No comments:

Post a Comment

PELUH DAN KARYA

Mari berjihad! Melawan miskin dan malas Seiya semesta selaras jiwa Berkarya sepenuh hati Janji Tuhan itu nyata Berikan surga hasil...

Persembahan Kami